Diceritakan sekitar tahun 1686, pada jaman dinasti Tegeh Kori, datanglah pasukan Goak Panji Sakti dari Kerajaan Buleleng. Pasukan tersebut melewati wilayah kekuasaan Tegeh Kori dalam perjalanan dari Klungkung menuju Buleleng. Pasukan Buleleng sebelumnya bersama-sama dengan pasukan dari Kerajaan Tegeh Kori menyerang Maruti guna memulihkan kekuasaan Raja Klungkung. Pasukan Tegeh Kori dipimpin oleh Kyai Anglurah Pemecutan I atau yang dikenal dengan sebutan Kyai Agung Macan Gading. Dalam perjalanan pulang ke kerajaan Tegeh Kori, beliau di bunuh oleh orang yang tidak dikenal di daerah Batu Klotok. Tentu saja putra Kyai Agung Macan Gading (Kyai Anglurah Pemecutan II) tidak terima dengan kejadian ini dan menganggap yang membunuh ayahnya adalah pasukan Panji Sakti. Kesalahpahaman ini berujung pada penghadangan pasukan Goak dibawah pimpinan Panji Sakti yang melintasi wilayah kerajaan Tegeh Kori. Terjadilah peperangan (siat) antara kedua pasukan tersebut di daerah yang disebut Debuk Kudadu. Oleh karena dasar peperangan tersebut hanya kesalahpahaman maka peperangan tersebut tidak berlangsung lama dan kedua pasukan dapat menghindari korban yang lebih banyak. Untuk mengenang peristiwa tersebut maka daerah yang tadinya bernama Debuk Kudadu diganti menjadi “Taen Siat” yang artinya pernah terjadi peperangan.
Sumber :
1. Ida Tjokorda Ngurah Jambe Pemecutan, Puri Agung Denpasar
2. A.A. Ngurah Mayun Mangku, Puri Tampak Siring, Denpasar
Penulis :
Dr.A.A. Ngurah Agung Wira Bima Wikrama, ST, M.Si, Puri Agung Denpasar