MERAJAN PURI AGUNG DENPASAR DI JAYASABHA
Puja Wali : Tumpek Landep
Pemerajan Puri Agung Denpasar merupakan bagian dari kompleks Istana Kerajaan Badung yang berfungsi sebagai tempat suci. Istana tersebut selesai dibangun pada tahun 1788 oleh Raja Denpasar pertama “I Gusti Ngurah Made Pemecutan” dimana pada masa-masa kejayaan Kerajaan Badung, Raja Denpasar pertama sampai keturunan beliau bersembahyang di tempat tersebut.
Sampai akhirnya tanggal 20 september 1906 Kerajaan Badung waktu itu deserang oleh tentara Belanda dan hal tersebut merupakan peperangan terbesar yang melibatkan semua rakyat badung sehingga tidak bisa dihalau lagi oleh pasukan Kerajaan karena keterbatasan persenjataan pada masa itu. Tentara Belanda akhirnya berhasil menembus jantung pertahanan Kerajaan Badung dan mengepung istana kerajaan. Sebelum pasukan Belanda berhasil menguasai Istana atau Puri Agung Denpasar, Raja Denpasar saat itu “I Gusti Ngurah Made Agung” yang merupakan Raja Denpasar ke-6 dengan sangat terpaksa memerintahkan untuk membakar Istana serta Pemerajan beliau. Selanjutnya beliau menuju medan peperangan dan pada akhirnya beliau serta keluarga diiringi oleh rakyatnya pun gugur. Setelah peristiwa itu Belanda selanjutnya menjadikan Puri Agung Denpasar sebagai Pusat Pemerintahan Belanda untuk daerah Bali selatan.
Pada era Belanda menguasai tempat tersebut, “Pemerajan Puri Agung Denpasar” sama sekali tidak di ganggu dan pada waktu itu tersisa “Gedong Suci” saja. Itu karena Belanda juga menghormati tempat suci tersebut dan merawatnya. Sampai akhirnya Indonesia merdeka tempat berdirinya istana tersebut difungsikan oleh Pemerintahan Republik Indonesia sebagai Kantor Gubernur Bali dan Pemerajan Puri Agung Denpasar tetap dilestarikan dengan baik sebagai penghormatan kepada Leluhur pendiri Puri Agung Denpasar.
Sampai saat ini, walaupun lokasi Puri Agung Denpasar tidak lagi ditempati oleh keluarga penerusnya, tetapi Pemerajan Puri Agung Denpasar tetap difungsikan sebagai tempat Persembahyangan Keluarga besar Puri Agung Denpasar.
Odalan atau Petirtan dilaksanakan setiap 6 bulan sekali yaitu pada hari “Tumpek Landep”. Sebelum dilaksanakannya Piodalan tersebut, yaitu satu hari sebelum hari Tumpek Landep, biasanya dilaksanakan upacara penyucian “Keris Jalakedinding” yang merupakan peninggalan Raja Denpasar. Keris tersebut hingga saat ini masih berada (disungsung) di Rumah Jabatan Gubernur Bali. Ida Pedanda (pendeta) yang memimpin upacara piodalan tersebut adalah “Ida Pedanda dari Griya Telaga Tegal dan Griya Beji Tegal”