Untung surapati merupakan sosok pahlawan Indonesia yang berjuang demi martabat bangsa yang terjajah. Beliau merupakan putra dari Kyayi Jambe Merik (Raja Badung I) dan saudara sepupu dengan Kyayi Jambe Ketewel (Raja Badung II) dari Kerajaan Badung di Puri Alang Badung (daerah Suci sekarang) yang selanjutnya menjadi Puri Jambe Ksatria dan Puri Agung Denpasar. Beliau lahir tahun 1660 dengan nama Kyayi Alit Made Jambe. Beliau meninggalkan puri sejak masih berusia tujuh tahun dengan menggabungkan diri bersama para budak belian lainnya dari Bali. Beliau berangkat meninggalkan Bali menuju Makasar tahun 1667. Di Makasar beliau dipekerjakan pada keluarga Belanda yang bernama van Baber. Setelah tiga tahun di Makasar, beliau diboyong ke Batavia oleh keluarga Moor tahun 1670. Beliau diberi nama Untung oleh Moor karena Moor sangat terbantu oleh keberadaan Untung di rumahnya. Untung menjalin cinta dengan putri kesayangan Moor yang bernama Suzanne dan menikahi putri sersebut secara diam-diam. Pernikahan tersebut akhirnya diketahui oleh Moor sehingga Moor marah dan membawa Untung ke penjara. Untung mendekam di penjara Stadhuis (kini Gedung Musium Sejarah Jakarta). Untung berhasil melepaskan diri dari penjara setelah dibantu oleh Suzanne.

Gambar : Untung Surapati
Dalam pelariannya, Untung ditawari pekerjaan baru oleh VOC yaitu menjemput Pangeran Purbaya. Untung akhirnya menemui Pangeran Purbaya yang bersedia untuk diserahkan kepada VOC. Dalam perjalanan, serdadu VOC yang dipimpin oleh Vaandrig Kuffeler mempermalukan Pangeran Purbaya dengan kasar. Untung tidak bisa menerima perlakuan itu. Untung cukup lama menahan diri. Tetapi batas kesabaran manusia ada batasnya. Untung akhirnya lepas kendali. Pada tangal 28 Januari 1684, pasukan Kuffeler dihancurkan oleh Untung. Tidak kurang dari 20 orang pasukan Kuffeler tewas dalam pertikaian itu. Usai insiden berdarah tersebut, Pangeran Purbaya tetap ingin menyerahkan diri kepada VOC ketimbang timbul masalah yang lebih besar dikemudian hari. Namun istri Pangeran Purbaya, Raden Ayu Gusik Kusuma, justru minta Untung mengantarkannya pulang ke Kartasura (Mataram). Mereka berpisah jalan. Pangeran Purbaya dan pengawalnya menuju benteng VOC sementara Untung dan pengikutnya mengawal Raden Ayu Gusik Kusuma ke Kartasura. Mengingat Untung menjadi buronan Pemerintah Hindia Belanda dan demi keselamatan Raden Ayu Gusik Kusuma maka Untung memilih untuk berpisah dengan Raden Ayu Gusik Kusuma yang meneruskan perjalanannya ke Kartasura Bersama beberapa orang pengawalnya.
Untung melanjutkan perjalanan ke Cirebon untuk menghadap Sultan Cirebon mengingat Sultan Cirebon berhubungan baik dengan Sultan Kartasura. Namun kedatangan Untung ternyata tidak disukai oleh anak angkat dari Sultan Cirebon yang bernama Raden Surapati. Raden Surapati mencegah rombongan Untung untuk masuk ke Istana dan terjadilah pertengkaran sengit. Raden Surapati bahkan menyerang kepribadian Untung dengan hinaan sebagai budak dan buronan VOC. Kericuhan itu mereda setalah Sultan Cirebon turun tangan. Sultan memutuskan Raden Surapati bersalah dan dianggap mencemarkan nama baik Kerajaan Cirebon. Akhirnya Sultan menjatuhkan hukuman mati untuk anak angkatnya. Nama Surapati pun akhirnya diberikan kepada Untung. Sejak itulah nama Untung Surapati mulai dikenal.
Diceritakan bahwa Untung Surapati melanjutkan perjalanan ke arah timur menuju Kartasura. Pertempuran demi pertempuran dialaminya di tengah perjalanankarena statusnya sebagai seorang buronan VOC. Namun keberuntungan selalu berpihak kepada Untung Surapati. Sampai pula Untung Surapati di Kartasura yang dipimpin oleh Amangkurat II. Pembicaraan dan kesepakatanpun diambil. Selanjutnya Amangkurat II memerintahkan Untung Surapati untuk menyerang Pasuruan dengan dalih untuk menyerang Mataram. Setelah merebut Pasuruan, Untung Surapati mendeklarasikan diri sebagai pemimpinnya dengan gelar Adipati Arya Wiranegara. Pada tahun 1706, VOC menggerakkan armada perang ke Pasuruan. Dalam pertempuran sengit di Bangil tanggal 17 Oktober 1706, Untung Surapati terluka parah dan gugur sebagai Kusuma bangsa. Sepak terjang Untung Surapati berkali-kali membuat Pemerintah Hindia Belanda Murka. Perjalanan hidup Untung Surapati sangat heroik dan melegenda. Sehingga pemerintah melalui Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia tertanggal 3 Nopember 1975, menganugrahkan Untung Surapati sebagai Pahlawan Nasional Republik Indonesia.