BAGAWANTA PURI AGUNG DENPASAR
Diceritakan bahwa, dua orang Pendeta “pedanda” datang dari dua tempat yang berbeda dengan “pengiringnya” masing-masing. Beliau adalah Ida Pedanda Ketut Menesa (Brahmana Keniten) dan Ida Pedanda Mas Alangkajeng (Brahmana Mas). Beliau bertemu di daerah Tangtu, Padanggalak. Setelah menetap di daerah Tangtu, beliau bersepakat membangun Griya bersama, sehingga Griya tersebut diempon oleh 2 kelompok Brahmana yang berbeda yaitu Brahmana Keniten dan Brahmana Mas.
Setelah beberapa lama bertempat tinggal di daerah Tangtu, Ida Pedanda Ketut Menesa selanjutnya membangun Griya di daerah Sanur. Sedangkan Ida Pedanda Mas Alangkajeng “metilar” ke daerah Bluwangan, Blayu.
1. Griya Delod Pasar Sanur
Diceritakan bahwa sepulang dari Tangtu, Ida Pedanda Mas Alangkajeng “metilar” menuju daerah Bluwangan, Blayu dan menetap di daerah tersebut. Ida Pedanda Mas Alangkajeng memiliki putra yang bernama Ida Mas Bluwangan. Ida Mas Bluwangan bertemu dengan Kyai Notor Wandira di daerah Blusung.
Ida Kyai Notor Wandira beristirahat di daerah Blusung setelah melakukan perjalanan nunas “penganugrahan” dari Ida Betari Dewi Danu di Batur. Sedangkan Ida Mas Bluwangan sedang mengadakan perjalanan “Tirtayatra” ke daerah bali selatan. Kebersamaan antara Kyai Notor Wandira dan Ida Mas Bluwangan terus berlangsung. Kemanapun Kyai Notor Wandira melakukan perjalanan, Ida Mas Bluwangan selalu mendampinginya. Sampailah pada suatu hari tejadi Sumpah “Bisama” di daerah Alangkajeng yang isinya “bilamana pada suatu saat putra Kyai Notor Wandira menjadi Raja maka Ida Mas Bluwangan akan dibuatkan sebuah Griya dan mediksa sebagai Bagawanta beliau”.
Seiring berjalannya waktu, maka tercapailah tujuan dari Kyai Notor Wandira seperti yang dianugrahkan oleh Ida Batara Dewi Danu yaitu menjadikan Putra Beliau sebagai Raja di Kerajaan Badung “Badeng“. Kyai Notor Wandira membangun Puri Alang Badung (di daerah Suci sekarang) dan Ida Mas Bluwangan dibuatkan Griya di delod Pasar Alangkajeng. Selanjutnya Ida Mas Bluwangan dilantik “Mediksa” sebagai Pendeta Istana “Bagawanta” Puri Alang Badung dengan gelar Ida Pedanda Mas Alangkajeng dengan Griya yang disebut Griya Delod Pasar.
Selanjutnya beliau diutus oleh Raja untuk mengalahkan Intaran. Beliau bersama “kesarengin” oleh Kyai Branjingan dari keturunan “warih” Madyatara Subamia “Jambe Harum“. Setelah berhasil mengalahkan Intaran, Ida Pedanda Mas Alangkajeng menetap di Intaran dan membuat Griya baru di tempat tersebut. Griya tersebut diberi nama Griya Delod Pasar Intaran. Sedangkan Kyai Branjingan membangun “Jero” di sebelah utara Griya Delod Pasar Intaran yang disebut dengan Jero Abiantimbul Intaran.
Seiring berjalannya waktu, Ida Pedanda Mas Alangkajeng memiliki beberapa putra “pratisentana” yang selanjutnya “pratisentana” beliau mendirikan beberapa Griya diantaranya :
- Griya Taman Sanur
- Griya Satria Denpasar
- Griya Kajeng Abiansemal Badung
2. Griya Jero Gede Sanur
Diceritakan bahwa Ida Pedanda Ketut Menesa dari (Brahmana Keniten) membuat Griya baru di daerah Sanur. Ida Pedanda Ketut Menesa diberikan seorang istri “ kedarma putra seorang Putri “ warih Kyai Pemecutan I. Pernikahan Ida Pedanda Ketut Menesa dengan Putri Pemecutan dimaksudkan untuk lebih menguatkan dominasi Kerajaan Badung terhadap wilayah Sanur. Dengan berlangsungnya perkawinan tersebut maka nama griya pun dirubah menjadi Griya Jro Gede Sanur sampai sekarang.
Seiring dengan perjalanan waktu, maka Ida Pedanda Ketut Menesa memiliki putra “pratisentana” yang selanjutnya “pratisentana” beliau mendirikan beberapa Griya diantaranya :
- Griya Puseh
- Griya Belaluan
- Griya Timbul
- Griya Karang
- Griya Liligundi (Singaraja)
- Griya Sibang (Badung)
- Griya Wangaya Kelod
- Griya Telaga Sanur
- Griya Telaga Kerobokan
- Griya Tampak Gangsul
- Griya Keniten Taensiat
- Griya Lebah
- Griya Bajing
- Griya Meranggi
- Griya Telaga Tegal
- Griya Beji Tegal
3. Griya Telaga dan Beji
Peristiwa Perang Puputan Badung tidak dapat dielakkan. Perang tersebut terjadi pada tanggal 20 September 1906. Pada Perang Puputan Badung Tersebut Raja Badung I Gusti Ngurah Made Agung didampingi oleh 2 orang pendeta yang menyatakan kesediaannya untuk ikut membela Raja Kerajaan Badung walaupun beliau harus gugur di dalam pertempuran tersebut. Sumpah “Bisama” pun dibuat guna mengukuhkan tekad beliau bertiga sampai diakhir hayat dikandung badan. “Bisama” ini pun mengikat bagi seluruh “sentana” beliau bertiga di kemudian hari untuk selalu bersama dalam suka maupun duka. Dalam “bisama” tersebut beliau mengangkat Griya Telaga Tegal dan Griya Beji Tegal sebagai Bagawanta Puri sehingga pada saat terjadinya Perang Puputan Badung, beliau sebagai Raja Badung didampingi oleh Bagawanta Puri, tentara kerajaan dan rakyat Badung yang setia. Lengkaplah persyaratan beliau sebagai Raja Badung dalam mengemban swadarma sebagai Ksatria Utama untuk “mebelapati” terhadap Negara.
Seiring dengan perjalanan waktu, maka Ida Pedanda Griya Telaga Tegal dan Ida Pedanda Griya Beji Tegal memiliki putra “pratisentana” yang selanjutnya “pratisentana” beliau mendirikan beberapa Griya diantaranya :
- Griya Taman Sari Tegal
- Griya Carik Tegal
- Griya Sari Tegal
- Griya Belaluan
- Griya Yang Batu
Sumber : A.A. Ngurah Mayun Mangku, Puri Tampak Siring, Denpasar
Penulis : A.A. Ngurah Agung Wira Bima Wikrama, ST, M.Si, Puri Agung Denpasar