Sebuah lagu legendaris yang sampai sekarang masih sering dilantunkan. Menurut penuturan versi Puri Agung Denpasar, lagu tersebut diciptakan oleh Raja Denpasar VI, I Gusti Ngurah Made Agung (Ida Cokorda Mantuk Ring Rana). Lagu tersebut diciptakan untuk mensosialisasikan karya-karya sastra beliau mengingat beliau adalah seorang raja sekaligus sebagai sastrawan.
Dalam syair lagu tersebut sangat jelas disebutkan tentang :
- Ratu Anom, yang dimaksud adalah kaum pemuda dan masyarakat yang berada di wilayah Kerajaan Badung.
- Metangi mailen-ilen, bangun dan sadar. Sebuah kalimat kiasan yang mengharapkan kepada rakyat untuk sadar dan bersiap untuk membangun negara.
- Dong pirengin munyin sulinge di jaba. Ayo dengarkan suara suling di halaman. Kalimat kiasan yang mengimbau rakyat untuk mendengarkan informasi dari kerajaan. Suara suling diartikan sebagai suara yang merdu, suara yang indah untuk didengarkan. Suara indah yang dimaksud adalah bait-bait indah dari karya-karya sastra beliau (raja) yang sarat dengan ajaran-ajaran kemanusiaan, kemasyarakatan, budi pekerti, keagamaan dan kenegaraan. Di jaba, diartikan bahwa informasi tersebut disampaikan di halaman puri atau keraton.
- Nyen ento menyuling di jaba tengah ? Siapakah yang mengalunkan suara suling di halaman tengah ? Kalimat kiasan yang menyiratkan sebuah pertanyaan tentang siapakah yang menyampaikan informasi di halaman tengah keraton ?
- Gusti Ngurah Alit Jambe Pemecutan. Sebuh “nama lain atau alias” dari pemberi informasi. Kata “Alit” yang dimaksud adalah bahwa beliau adalah “raja pengganti”. Seperti diketahui bahwa setelah Raja Denpasar V wafat karena sakit dan putra mahkota yang seharusnya menggantikan beliau masih kecil atau masih dibawah umur maka oleh rapat kerajaan diputuskan untuk menunjuk “raja pengganti” yang dapat memimpin Kerajaan Badung. Maka oleh rapat kerajaan, ditunjuklah adik tiri Raja Denpasar V yaitu I Gusti Ngurah Made Agung sebagai Raja Denpasar VI sampai Putra Mahkota Raja Denpasar V siap mengemban tugas sebagai Raja. Tetapi dalam perjalanan sejarah terjadi Perang Puputan Badung. “Jambe Pemecutan” menyiratkan pesan bahwa beliau secara biologis adalah berdarah Jambe dan secara hukum beliau adalah Pemecutan. Trah Jambe Pemecutan dimulai sejak dinasti Raja Denpasar II sampai sekarang.
Penulis :
Dr.A.A.Ngr. Agung Wira Bima Wikrama, ST.,M.Si.